Film “Obama Anak Menteng”, Kado Buruk Untuk Obama Di Hari Kemerdekaan Amerika

Obama Elegan Wujudkan Impian Ras Hitam Terbelakang

Kenanglah Ann Dunham Obama, Pahlawan Kemanusiaan Tanpa Tanda Jasa

Jakarta 2/7/2010 (KATAKAMI)  Tanggal 4 Juli 2010 ini adalah kesempatan yang kedua bagi Presiden Barack Hussein Obama untuk merayakan Hari Kemerdekaan AS dalam kapasitasnya sebagai orang nomor satu di Amerika.

Obama tentu berbahagia.

Dan tentu akan lebih berbahagia lagi, sebab di tanggal yang sama putri sulungnya yaitu Malia Obama berulang tahun.

Malia dilahirkan tanggal 4 Juli 1998.

Menjelang perayaan Hari Kemerdekaan Amerika, di Indonesia mulai ditayangkan Film “OBAMA ANAK MENTENG”.

Buku dengan judul “OBAMA ANAK MENTENG” juga sudah diluncurkan dengan penulis Damien Dematra yang sudah lebih dahulu di launching pada bulan Maret 2010.

Foto : Ann Dunham

Seperti yang dilansir OKEZONE edisi 30 Juni 2010, Film Obama Anak Menteng (OAM) menceritakan kisah masa kecil Presiden Amerika Serikat Barack Obama mulai tayang di bioskop mulai tanggal Kamis, 1 Juli.

Sutradara Jhon De Rantau mengatakan pembuatan film ini terbilang sangat cepat, tapi bukan berarti mereka main-main. Pasalnya film ini mengangkat kisah masa kecil tokoh yang dipilih oleh rakyat Amerika Serikat dalam Pemilihan Presiden November 2008 silam.

“Memang banyak pressure, jadi saya harus hati-hati. Kebetulan saya penggemar berat Obama dan saya selalu membaca buku-buku Obama,” kata dia ditemui di FX Senayan, Jakarta, Selasa (29/6/2010) malam.

Jhon memberanikan diri menempuh risiko, karena dengan membuat film ini dia akan menjadi target buruan intelejen Amerika. Bayangkan saja, orang Indonesia memberanikan diri memvisualkan diri orang nomor satu di Amerika itu.

“Semoga saja film ini harus bisa diterima dengan sesederhana mungkin di tengah perbedaan dengan satu kata, yaitu memaafkan dan toleransi,” kata dia.

Film yang dibintangi oleh Hasan Faruq Ali (12) ini mengisahkan masa kecil Obama selama tinggal di Jakarta bersama ibu dan ayah tirinya dari usia 6 sampai 10 tahun. Film ini mengambil lokasi syuting di Bandung, untuk mendapatkan situasi Jakarta di tahun 1970an.

Dalam film Obama Anak Menteng, tidak satupun cerita menyinggung tentang isu politik dan semuanya murni tentang masa kecilnya. Film ini lebih banyak mengisahkan tentang persahabatan dan hobi Obama di masa kecil.

Film ini akan menceritakan tentang pertama kalinya Obama datang ke Indonesia, lalu berkisah tentang sekolahnya, dan tentang hubungannya dengan ibunya yaitu Stanley Ann Dunham, demikian dituliskan OKEZONE edisi 30 Juni 2010.

Foto : Lolo Soetoro, Ann Dunham, Obama (kecil) dan Maya (masih bayi)

KATAKAMI.COM menyempatkan diri untuk menonton film OBAMA ANAK MENTENG di Studio 21 Pondok Indal Mal (Kamis 1/7/2010).

Tidak terlalu banyak yang menonton film ini di hari pertama penayangannya.

Malah kalau boleh jujur, film ini kalah telak dari film dengan kategori UNTUK SEMUA UMUR lainnya.

Misalnya Tanah Air Beta karya Sutradara Ale Sihasale & Nia Zulkarnaen Silasale.

Yang sangat menolong dan memudahkan untuk bisa menikmati film ini bagi KATAKAMI.COM adalah karena kami sudah pernah membaca (satu-satunya buku) yang ditulis Obama sendiri mengenai kehidupannya berjudul, “DREAMS FROM MY FATHER”.

Boleh saja siapapun di dunia ini menuliskan dan menerbitkan buku tentang OBAMA.

Tetapi buku DREAMS OF MY FATHER adalah satu-satunya buku yang ditulis sendiri oleh Obama mengenai kehidupan pribadinya.

Sebanyak 27 halaman dari total 493 halaman dalam buku DREAM FROM MY FATHER (edisi terjemahan Bahasa Indonesia), mengisahkan pengalaman dan kenangan Obama tentang INDONESIA.

Obama begitu menjiwai kisah kehidupannya yang pernah dijalani di Indonesia.

“Akhirnya, kami terbang mengitari dunia dengan pesawat Pan Am. Aku mengenakan kaus putih berlengan panjang dan dasi abu-abu yang dipakai dengan cara menjepitkan. Dan para pramugari memberikan permainan teka-teki dan kacang yang lebih banyak serta satu set bros sayap pesawat berbahan logam yang kusematkan di kantong baju di dadaku. Begitu pesawat mendarat di Jakarta, aku menggenggam tangan ibuku, merasa harus melindunginya dari apapun yang mungkin akan terjadi.  Lolo (Lolo Soetoro, ayah tiri Obama) sudah berdiri disana untuk menyambut kami. Dia memeluk ibuku dan mengangkat tubuhku ke udara”.

Demikian yang ditulis Obama di Halaman 54 buku Dream Of My Father (edisi Bahasa Indonesia).

Mengapa bagian ini kami muat disini ?

Sebab peristiwa kedatangan Obama saat tiba di Jakarta dalam film OBAMA ANAK MENTENG, bertentangan dengan fakta yang memang terjadi dalam kehidupan Obama.

Dalam pembukaan film OBAMA ANAK MENTENG, dikisahkan Obama kecil membuka kaca mobil yang menjemputnya setibanya di Jakarta.

Lalu sang ibu (Stanley Ann Dunham) menunjuk ke sebuah gedung yang bertuliskan SD Negeri 1 Besoeki Jakarta.

“Disitulah nanti kamu bersekolah” demikian dituturkan Stanley Ann Dunham pada detik-detik awal saat Film OBAMA ANAK MENTENG ditayangkan.

Hei, baca dong referensi yang ada mengenai masa kecil Obama di Indonesia.

Jangan ngarang !

Jangan ngaco !

Bukan di SD Negeri 1 Besoeki Jakarta, Obama bersekolah di awal keberadaannya di Indonesia ini.

Tetapi di SD Fransiskus Asissi (Menteng Dalam, Tebet, Jakarta Selatan).

Di tahun ketiga menetap di Indonesia, barulah Obama dipindahkan sekolahnya ke SD Negeri 1 Besoeki (Menteng) Jakarta Pusat.

Foto : Obama semasa kecil di Jakarta (mengenakan baju hitam & tiduran)

Inilah kesalahan fatal yang sangat memalukan dari film OBAMA ANAK MENTENG.

Jangan memanipulasi fakta yang ada jika ingin mengangkat kisah nyata kehidupan tokoh.

Apalagi tokoh itu adalah figur yang sangat penting sekelas Barack Obama !

Kumpulkan semua data dan informasi.

Lalu lakukan riset yang sangat luas.

Ketika sebuah film menceritakan KISAH NYATA (BASED ON A TRUE STORY) maka pakem-pakemnya sudah sangat jelas yaitu ikutilah sejarah atau alur kehidupan yang sebenar-benarnya dari KISAH NYATA yang akan diangkat ke layar lebar itu.

Jangan dipadukan dengan FIKSI.

Kesalahan yang juga sangat fatal adalah tokoh LOLO SOETORO (ayah tiri Obama) yang dalam film OBAMA ANAK MENTENG dikisahkan bekerja sebagai seorang DOKTER.

Dalam bukunya berjudul DREAMS OF MY FATHER (edisi terjemahan Bahasa Indonesia) halaman 66, Obama menuliskan sebagai berikut mengenai pekerjaan LOLOE SOETORO :

“Lolo bekerja di militer sebagai seorang GEOLOG, meninjau jalan-jalan dan terowongan-terowongan, ketika Ibu tiba dari Amerika. Itu adalah pekerjaan yang membosankan yang tidak memberikan gaji besar” tulis Obama dalam bukunya.

Kenapa mesti diubah profesi LOLO SOETORO ?

Sebab ini toh film tentang perjalanan hidup Obama semasa kecilnya di Jakarta.

Sampaikan saja apa adanya.

Seperti Obama menyampaikan apa adanya didalam buku DREAMS OF MY FATHER.

Foto : Obama dan sang adik tercinta, Maya Soetoro

Ketika sebuah film bertemakan KISAH NYATA (True Story) maka pembelokan fakta adalah sebuah kesalahan fatal.

Tak diperlukan buku atau film yang mendongeng tentang MASA KECIL OBAMA di Indonesia sebab Obama sendiri sudah menceritakan (bahkan menuliskannya) secara langsung dalam buku DREAMS FROM MY FATHER.

Baca dulu buku yang dituliskan Obama.

Lalu kembangkan atau jadikanlah itu sebagai inspirasi utama (tanpa perlu menghilangkan potongan-potongan sejarah kehidupan Obama mengenai masa kecilnya di Indonesia).

Dalam film OBAMA ANAK MENTENG ini terkesan kuat, pesan terselubung yang ingin disampaikan adalah Obama bukan beragama ISLAM.

Berulang kali dalam film ini, disuguhkan pemandangan interaksi Barry — panggilan Obama — berdialog dengan (tokoh) Yuni dan Slamet yang merupakan tetangga sebelah rumahnya.

Setiap kali akan berpisah (setelah mereka bermain bersama), teman-teman Barry akan mengucapkan salam, “ASSALAMUALAIKUM”.

Dan setiap kali teman-temannya mengucapkan ASSALAMUALAIKUM, Barry tidak menjawab dengan jawaban “WASSALAMUALAIKUM”.

Dia akan menjawab dengan kata “Ya”.

Atau, “Oke, selamat malam”.

Barulah pada bagian kahir film ini (saat Obama akan dikirim oleh ibunya kembali ke Hawaii) Obama histeris memanggil nama sahabatnya yaitu Slamet yang berpapasan dengan mobil Obama.

“Wassalamualaikum Slamet” tutur Obama yang terus memandangi sahabatnya dari kaca mobil.

Slamet, tetangga Obama, memang dimunculkan sebagai keluarga Islam yang taat.

Yang ingin disampaikan disini, jika ingin menyampaikan “PESAN” bahwa Obama bukan beragama Islam maka jangan hilangkan bagian terpenting dalam kehidupan Obama bahwa ia pernah bersekolah di SEKOLAH KATOLIK semasa tinggal di Jakarta.

Jangan dibuang dong, penggalan masa kecil Obama yang satu ini.

Foto : Ann Dunham (Ibunda Obama)

Bagian lain dari Film OBAMA ANAK MENTENG yang melenceng dari kisah sebenarnya adalah saat Barry dikisahkan mengenai kecelakaan kecil yaitu tungkai kakinya sobek terkena kawat duri sehabis bermain bersama teman-temannya.

Sang Ibu yaitu Ann Dunham diceritakan membawa Barry ke rumah sakit dengan menggunakan BECAK.

Lalu sesampainya di rumah sakit, antrian sangat panjang tetapi karena merasa anaknya perlu segera mendapat pertolongan maka Ann Dunham menyerobot saja ke ruang dokter.

Bagian ini adalah bagian paling ngaco karena tidak sesuai dengan apa yang dituliskan Obama dalam buku DREAMS OF MY FATHER.

Pada halaman 72-73, Obama menceritakan tentang kejadian ini :

“Aku terluka” (kata Obama).

“Coba Ibu Lihat” jawab Ann Dunham.

“Tidak parah kok” sahut Obama.

“Barry, coba Ibu lihat” kata Ann Dunham lagi.

Aku memperlihatkan luka yang memanjang dari pergelangan tangan hingga sikuku. Luka itu hanya satu inci dari nadiku, namun hingga ke tulang.

Daging merah keluar dari balik kulit.

Lolo menyarankan agar menunggu hingga pagi untuk menjahit lukaku.

Ibu menakut-nakuti satu-satunya tetangga kami untuk mengantar kami dengan mobilnya ke rumah sakit. Ibuku ingat cahaya-cahaya yang bersinar di rumah sakit itu ketika kami tiba.

Tak ada satu orangpun resepsionis yang ada disana.

Ibu ingat bagaimana suara langkah kakinya yang ketakutan menggema di lorong rumah sakit.

Sampai akhirnya Ibu menemukan dua lelaki muda yang mengenakan celana pendek sedang bermain domino didalam suatu ruangan kecil dibelakang.

Ketika ibuku menanyakan dimana dokternya, mereka dengan tenang menjawab “Kami Dokternya”.

Demikian cuplikan tulisan Obama dalam buku DREAMS OF MY FATHER (edisi Bahasa Indonesia) pada halaman 72 – 73.

Foto : Ann Dunham dan Obama kecil

Di Indonesia ini, ada seorang wartawan senior yang menjadi sahabat dekat dari Maya Soetoro (adik Obama).

Dia adalah Teguh Santosa, Pemimpin Redaksi Rakyat Merdeka Online.

Teguh pernah mendapat beasiswa untuk bersekolah di Hawaii ( di kampus yang sama dengan Stanley Ann Dunham semasa hidupnya).

Teguh berkesempatan untuk berkenalan dan akhirnya menjadi sahabat dekat Maya Soetoro yang juga tinggal di Hawaii sampai saat ini.

Teguh punya cerita sendiri yang bisa menjadi masukan untuk pembuat film OBAMA ANAK MENTENG.

“Justru yang pernah diceritakan Maya ke saya, dulu ketika ibunya akan melahirkan Maya, Ann Dunham terpaksa naik becak untuk pergi ke rumah sakit. Maya mengingat betul cerita yang disampaikan oleh ibunya sampai saat ini”” kata Teguh Santosa kepada KATAKAMI.COM (Jumat, 2/7/2010).

Teguh juga mengkritik, besarnya porsi adegan-adegan yang menampilkan tokoh TURDI ( seorang banci ) yang ternyata menjadi pesuruh Keluarga Lolo Soetoro, yang bertugas mengantar jemput Obama kecil bersekolah.

“Ini tontonan yang tidak sehat untuk anak-anak. Saya sebagai orangtua yang mempunya anak lelaki, akan melarang anak saya menonton film seperti ini karena ditonjolkan sekali seorang lelaki berubah penampilan sebagai perempuan. Film ini maunya apa ? Ini Indonesia, tontonan seperti ini tidak sehat. Apakah maksud mereka mau membuat agar film ini lucu dan laku di pasaran ? Silahkan tapi tidak begitu caranya. Banyak sekali porsi tokoh Turdi dalam film ini ? Lebih baik film ini diganti judulnya menjadi TURDI ANAK MENTENG” lanjut Teguh Santosa.

Tak cuma itu, dalam film OBAMA ANAK MENTENG, tokoh TURDI dikisahkan “tidur sekamar dan seranjang” di kamar pembantu.

Inem, sang pembantu, sebenarnya tidak mau.

Tetapi tokoh TURDI memaksa dan mengatakan bahwa ia “tidak selera” kepada perempuan.

“Onderdil saya saja lelaki. Tetapi jiwa saya perempuan tulen, Nem !” kata Turdi dalam film OBAMA ANAK MENTENG.

Kritik dari sahabat baik Maya Soetoro ini tidak berlebihan.

Sebab dalam buku DREAMS OF MY FATHERS, Obama hanya menceritakan “sangat amat kecil” porsinya mengenai keberadaan seorang pembantu dalam keluarga mereka yang memiliki kelainan menjadi “TRANS GENDER”.

Dalam buku DREAMS OF MY FATHER halaman 62 (edisi terjemahan bahasa Indonesia), Obama menuliskan sebagai berikut :

“Selama setahun, Lolo mempekerjakan seorang lelaki yang sesungguhnya tampan, namun gemar mengenakan pakaian perempuan pada akhir pekan. Lolo sangat menyukai masakan lelaki itu”, demikian tulis Obama dalam bukunya.

Foto : Obama bersama sang ayah (pertemuan ini terjadi setelah Obama tidak tinggal di Indonesia)

Teguh Santosa yang sampai saat ini terus rutin berkomunikasi dengan Maya Soetoro (adik Obama) juga mengkritik, adegan saat Obama kecil berada di kamarnya memegang foto dirinya bersama ayah kandungnya (Barack Hussein Obama Sr).

“Wah film ini ngaco. Foto itu justru dibuat setelah Obama tinggal di Indonesia. Jadi pada saat Obama sudah tidak tinggal di Indonesialah, Obama bertemu dengan ayah kandungnya di Bandara Hawaii. Bukan sebelum Obama tinggal di Indonesia. Jangan dong diputar-balikkan kisah hidup orang. Ini kan sama saja memutar-balikkan fakta mengenai perjalanna hidup seorang tokoh” ungkap Teguh Santosa seusai menonton film OBAMA ANAK MENTENG pada hari Jumat (2/7/2010).

Menurut Teguh, sangat disayangkan kalau ada potongan-potongan sejarah dari masa kecil Obama yang tidak ditayangkan sebagaimana mestinya.

“Ini kan kisah nyata dari kehidupan Obama. Tidak pantas digabungkan dengan fiksi. Darimana ceritanya, begitu tiba di Jakarta ini Obama bersekolah di SD Negeri Besoeki ? Dia sekolahnya di SD Asissi di tahun-tahun pertama kehidupannya di Indonesia” lanjut Teguh.

Foto : Obama junior dan Maya berpose bersama kakek mereka Stanley Armour Dunham di Hawaii

Bahkan Teguh menyayangkan potongan cerita yang tidak dimasukkan dalam film ini yaitu saat kakek dan nenek Obama datang dari Hawaii untuk mengunjungi Obama dan Maya (adiknya) yang baru lahir.

“Kedatangan kakek dan neneknya dari Hawaii itu adalah sebuah peristiwa besar juga dalam kehidupan Obama dan Maya saat berada di Indonesia. Kakek dan nenek mereka datang secara khusus ke Jakarta untuk melihat Maya yang baru dilahirkan. Jadi kalau dalam film ini ditunjukkan juga adegan Obama memegang foto kakek dan neneknya, salah besar itu. Foto itu dalam kisah kehidupan nyata Obama, justru dibuat setelah Obama dan Maya tinggal di Hawaii. Maya sudah lahir dan ikut tinggal di Hawaii saat foto itu dibuat. Dalam film ini, kok malah dipajang foto-foto yang harusnya belum terjadi dalam kisah nyata kehidupan Obama” kata Teguh Santosa.

Teguh juga mengkritik pemeran Ann Dunham dalam film ini yang sering ditampilkan memakai baju sangat minim dan “super seksi”.

“Wah, mengerikan sekali tokoh Ann Dunham ditampilkan seperti perempuan murahan begitu caranya berbusana. Tidak harus seperti itulah. Film ini terlalu berlebihan sekali” tutur Teguh.

Foto : Presiden Obama dan bersama kedua putrinya (Sasha disebelah kiri & Malia di sebelah kanan)

Teguh Santosa memang beruntung bisa menjadi sahabat dekat Maya Soetoro.

Teguh lah yang mendapatkan kehormatan untuk menuliskan kata pengantar dalam buku terjemahan Bahasa Indonesia dari DISERTASI Ann Dunham dari hasil risetnya di Indonesia yang berjudul : Pendekar-Pendekar Besi Nusantara: Kajian Antropologi tentang Pandai Besi Tradisional di Indonesia (Mizan, 2008).

Buku Ann Dunham ini diterjemahkan dari disertasinya.

Teguh memang pernah berkuliah di Universitas Hawaii dan di universitas inilah Ann Dunham serta Maya Soetoro pernah berkuliah pula.

Teguh Santosa memberikan pengantar-menarik dalam buku Ann Dunham edisi Indonesia tersebut.

Ia yang membantu Penerbit Mizan sehingga disertasi Ann Dunham dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. “Untuk mempersiapkan buku ini,” tulis Teguh dalam pengantarnya, “penulis berdiskusi secara intensif dengan adik tiri Obama, Maya Soetoro-Ng, dan Profesor Alice Dewey dari Jurusan Antropologi UHM yang menjadi ketua komite disertasi Ann Dunham.”

Teguh Santosa menyelenggarakan Seminar Ekonomi Kerakyatan yang membahas tentang sepak terjang Ibunda Obama (Ann Dunham Soetoro) saat berada di Indonesia.

Seminar yang diadakan Maret 2010 itu, mendatangkan Prof Alice G. Dewey dari Hawaii.

Foto : Teguh Santosa (jongkok paling kanan berbaju batik) menyelenggarakan seminar tentang Ann Dunham (Maret 2010)

Yang ingin disampaikan disini adalah berhati-hatilah jika ingin membuat sebuah karya seni berbentuk film mengenai kisah nyata kehidupan seorang tokoh.

Tak berarti kalau sudah bisa membuat buku bertopik OBAMA, maka sudah paling tahu soal OBAMA.

Tak berarti kalau sudah bisa membuat film bertopik OBAMA, maka referensinya cukup dari data-data yang dikumpulkan secara serabutan dari sana-sini.

Cari tahulah siapa-siapa saja yang bisa memberikan masukan tentang masa kecil Obama di Indonesia.

Ibu dari Obama masih memiliki sahabat-sahabat dekat yang bisa membantu menuturkan kisah tentang masa kecil Obama.

Misalnya, JULIA SURYAKUSUMA (dalam foto diatas saat diadakan Seminar Ann Dunham, Julia Suryakusuma berdiri, nomor 3 dari kanan).

Sampai detik ini, Julia begitu rapi menyimpan semua surat-surat yang disampaikan dan dikirimkan Ann Dunham kepada dirinya.

Sepanjang Ann Dunham hidup di Indonesia, Julia adalah sahabat terdekat Ann Dunham.

Julia tahu banyak tentang masa-masa kehidupan Ann Dunham semasa tinggal di Indonesia.

Mengapa tidak meminta masukan dari sahabat terdekat Ann Dunham agar film OBAMA ANAK MENTENG tidak asal-asalan dibuat ?

Mengapa tidak datang dan ikut mendengarkan SEMINAR yang diadakan Rakyat Merdeka Online pada bulan Maret 2010 lalu, jika memang berencana untuk membuat buku atau film tentang (Masa Kecil OBAMA) ?

Foto : Maya Soetoro Ng (adik OBAMA)

Mengapa tidak mencari tahu, siapa sahabat atau akses yang bisa menghubungkan kepada Maya, adik dari Obama ?

Maya dilahirkan di Jakarta, 15 Agustus 1970

Sehingga, ia berhak “bicara” juga sebenarnya untuk melengkapi kisah masa kecil Obama di Indonesia ini.

Film OBAMA ANAK MENTENG adalah film yang miskin informasi mengenai Obama.

Film OBAMA ANAK MENTENG adalah film yang tidak murni mengisahkan kisah nyata kehidupan OBAMA semasa tinggal di Indonesia.

Dalam film, ada beberapa bagian dari kisah nyata kehidupan Obama yang justru diberi terlalu banyak bumbu dan improvisasi sehingga membelokkan fakta menjadi sebuah FIKSI semata.

Foto : Para pemain film OBAMA ANAK MENTENG

Sehingga, tak salah kalau ada penilaian yang menyebutkan bahwa film OBAMA ANAK MENTENG menjadi kado yang buruk dan mengecewakan untuk Obama dan Maya Soetoro.

Film ini dapat menjadi sangat bagus kalau memperkuat informasinya.

Ini film yang menuturkan tentang kisah nyata masa kecil seorang PRESIDEN dari sebuah negara adidaya.

Jangan dianggap sembarangan.

Jangan dibuat asal-asalan.

Bikin malu saja kalau membuat film yang awut-awutan kisahnya.

Padahal para pemain dalam film ini, sudah sangat bagus aktingnya dalam membawakan peran masing-masing.

Jadi dengan kata lain, film OBAMA ANAK MENTENG adalah sebuah kado yang buruk dan mengecewakan untuk Obama sekeluarga di Hari Kemerdekaan AS tanggal 4 Juli ini.

Maafkan Barry …

Maafkan Maya …

Ada atau tidak ada film ini, Indonesia tetaplah sebuah tempat yang menjadi saksi bisu masa kecil kalian di sebuah tempat yang sangat jauh bernama INDONESIA.

Sebuah negara yang menjadi bagian sejarah kehidupan ibu dari Obama dan Maya yaitu Almarhumah Stanley Ann Dunham semasa hidupnya.

Sekali lagi, maafkan Barry, maafkan Maya, film ini tak berhasil mengangkat kejujuran dan keaslian masa kecil kalian di Indonesia.

(MS)