Kapolri Jenderal BHD : Wajib Hukumnya Polri Mengamankan Kunjungan Obama

WAWANCARA EKSKLUSIF



Jakarta 3/3/2010 (KATAKAMI)  Kepolisian Republik Indonesia (POLRI) diharapkan oleh banyak pihak untuk mampu menjadi institusi yang berhasil dalam menggulirkan reformasi birokrasinya.

Di tengah tantangan zaman yang kian maju, POLRI diharapkan mampu menjadi bayangkara negara yang profesional dan proporsional. Tugas menjaga dan memelihara kamtibmas, juga tidak gampang. POLRI harus berhadap-hadapan dengan elemen-elemen masyarakat yang memilih turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi mereka lewat berbagai aksi unjuk rasa. Tak jarang, aksi unjuk rasa itu bergulir dengan sangat brutal dan anarkis.

Hal-hal inilah yang ingin kami dalami untuk diketahui secara lebih rinci.

Pemimpin Redaksi KATAKAMI.COM Mega Simarmata diterima secara khusus di ruang kerja Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri pada hari Rabu (3/3/2010) ini untuk melakukan WAWANCARA EKSKLUSIF. Selain topik-topik tadi, kami menyinggung juga soal pengamanan POLRI terhadap rencana kunjungan Presiden AS Barack Hussein Obama pada minggu ketiga bulan Maret 2010 ini.

Inilah hasil WAWANCARA EKSKLUSIF kami dengan Kapolri Jenderal Bambang Hendaso Danuri :

KATAKAMI ( K) : Pertama kami ucapkan terimakasih atas kesempatan WAWANCARA EKSKLUSIF ini Pak Kapolri. Kami dengar, Pak Kapolri baru saja kembali ke tanah air awal pekan ini dari tanah suci untuk menunaikan ibadah Umroh. Bagaimana perjalanan ibadah Umroh-nya Pak Kapolri ?

 

Bambang Hendarso Danuri (BHD) : Syukur alhamdulilah, semua berjalan dengan baik dan lancar. Cuma 3 hari saya disana. Kami tidak ke Medinah. Hanya ke Mekkah saja. Saya sudah meniatkan sejak tahun 2009 lalu yaitu setelah selesai melakukan pengamanan Pemilu. Kan pengamanan Pemilu itu berjalan sangat panjang sekali. Dari mulai rangkaian Pilkada sampai Pilpres. Semuanya alhamdulilah … berjalan dengan kondusif dan baik. Tidak ada masalah yang berarti. Jadi tahun lalu, setelah selesai melaksanakan tugas pengamanan Pemilu itulah saya dan Pak Panglima TNI (Jenderal Djoko Santoso, red) mempunyai niat bahwa kam ingin umroh. Tapi ternyata karena dinamika (keadaan) setelah itu tinggi, ya belum sempat juga dilaksanakan. Akhirnya baru bisa kesampaian sekarang. Kebetulan ada hari libur yang terjepit sehingga bisa saya manfaatkan untuk pergi umroh. Sehingga saya tidak pergi pada saat hari kerja tetapi justru di hari libur nasional. Saya berangkat tanggal 25 Februari kemarin. Ya, cuma sebentar saja.

 

(K) : Apa saja yang didoakan pada saat umroh, Pak Kapolri ?

(BHD) Saya doakan semua untuk kebaikan bangsa dan negara. (Tersenyum). Jadi sudah tidak terpikir untuk mendoakan kepentingan-kepentingan pribadi. Yang saya doakan diatas segalanya adalah agar betul-betul kita bisa menghadapi dinamika-dinamika ini tanpa ada ancaman perpecahan diantara bangsa kita. Kita berharap agar kita semua ini sebagai sebuah bangsa bisa tetap bersatu.

 

(K) : Pak Kapolri, masuk pada topik inti. Selamat untuk penangkapan teroris di Aceh. Ini prestasi berikutnya dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror Polri. Bisa dijelaskan rincian soal penangkapan teroris di Aceh ini ? Jaringan siapa dan dari kelompok mana ?

(BHD) : Untuk topik terorisme ini, jangan dulu ditanyakan. Memang ini menjadi moment yang berharga untuk Polri. Tolong jangan dulu. Anak-anak saya (anggota Densus 88 Anti Teror Polri, red) sedang disana untuk menangani ini.

 

Photo : Aksi demo di depan Gedung DPR Selasa (2/3/2010)

(K) : Baiklah kalau memang harus begitu Pak Kapolri, kita bergeser pada masalah demo saja. Ini aksi unjuk rasa dilaksanakan dimana-mana oleh berbagai elemen masyarakat. Tidak jarang, aksi unjuk rasa itu sangat anarkis. Malah ada yang melempari polisi, mengejar dan menghajar polisi. Kemudian dari pihak polisi, menyemprot dengan water canon. Tapi dalam banyak situasi, polisi sering jadi sasaran kemarahan massa. Yang ingin ditanyakan disini, bagaimana arahan dari Kapolri kepada semua anggota dalam menangani aksi unjuk rasa di seluruh Indonesia ini ? Apalagi kalau aksi unjuk rasa itu sudah mulai anarkis ….

(BHD) : Begini Mbak, kita punya konsep didalam melakukan tindakan-tindakan operasi kepolisian. Dari mulai tindakan yang soft sampai ke tahap-tahap berikutnya, preemtif, preventif dan represif. Dengan penggelaran di lapangan. Tahap awal, kami kedepankan dulu Dalmas. Itupun pasukan Dalmas tanpa tameng. Polri ingin mewujudkan bahwa pendemo itu sahabat, bukan musuh polisi. Polisi itu bertujuan untuk mengamankan kegiatan mereka. Mereka demo sesuai UU tahun 1998, kami amankan. Itu sebabnya kami kedepankan dulu Pasukan Dalmas. Baru tahap selanjutnya, kami kedepankan lapis kedua yaitu PHH (Pasukan Anti Huru-Hara, red) Dalmas Polri. Itu masih Samapta. Tahapan ketiga PHH Brimob yang menggunakan tameng sekat. Pada tahapan ketiga inilah dikeluarkan water canon dan gas air mata. Tetapi pada tahapan inipun, Polri tidak menggunakan senjata laras licin yang menggunakan peluru hampa dan peluru karet. Sama sekali tidak ada yang pakai senjata. Semua penanganan demo ini ada tahapannya kalau dari pihak Polri. Lihat kan … aksi demo yang kemarin (Selasa 2/3/2010) di DPR ?  Mereka main lempar lempar lempar. Setelah Polri menilai bahwa situasinya meningkat … korban bisa jatuh di pihak Kepolisian. Masuklah pasukan Dalmas kedua dengan tameng yang cuma separuh badan dengan pendekatan persuasif. Tapi karena situasinya tetap meningkat, baru kami perintahkan PHH … Detasemen Brimob yang keluar.

 

(K) : Artinya, sedapat mungkin Polri tetap berupaya agar penanganan aksi unjuk rasa ini  bersifat persuasif ya ?

(BHD) : Menghadapi demo- demo yang seperti ini, prinsip Polri adalah konsep persuasif yang sifatnya soft tetap dipertahankan. Tetapi begitu aksi demo itu anarkis, kami akan bertindak tegas.

 

(K) : Jadi kalau kita bicara soal aksi-aksi demo ini, apa sebenarnya harapan atau himbauan dari Polri jika masyarakat ingin menyampaikan aspirasi mereka di jalanan lewat berbagai aksi unjuk rasa ?

(BHD) :  Didalam UU No 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat di depan umum kan sudah jelas. Lalu berdasarkan Perkap (Peraturan Kapolri, red) Nomor 9 tahun 2008 juga sudah dikeluarkan. Polri sudah punya konsep dalam menangani aksi unjuk rasa. Selama ini semua penanganan aksi unjuk rasa baik-baik saja. Polri tetap memberikan pengamanan kepada para pendemo. Intinya para pendemo harus menghormati hak-hak anggota masyarakat lain. Pengguna jalan yang lainnya juga harus dihormati, tidak cuma para pendemo saja. Sehingga kalau para pendemo menyadari hal ini, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka jangan melakukan tindakan-tindakan anarkis. Yang terkadang membuat Polri sedih, para pendemo sering menjadikan polisi sebagai musuh. Padahal polisi justru mau mengamankan supaya jangan anarkis dan jangan ada pihak ketiga yang memanfaatkan mereka. Bisa saja, ada pihak lain yang bermaksud mencelakai mereka. Kami menghimbau agar demo-demo ini santun. Jangan sampai lambang-lambang negara diinjak-injak. Masak kita tidak bangga dengan negara kita ? Masak kita tidak bangga dengan lambang-lambang negara kita ? Masak lambang-lambang negara kita sendiri mau dicederai ?

 

 

Photo : Presiden Barack Obama sekeluarga

Ujian Kedua Bagi Jenderal Sutanto Itu Bernama Barack Obama

Datanglah Obama Sebab Indonesia Juga Rindu Padamu

Lirikan Obama Ditunggu Sang Baret Merah, Komando !

(K) Pak Kapolri, hanya dalam hitungan hari ke depan … Indonesia akan kedatangan tamu penting yaitu Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Kami sudah mewawancarai Kapolda Metro Jaya pekan lalu yang menegaskan bahwa pihaknya menggelar Operasi Aman Nusa Tujuh untuk mengamankan situasi menjelang kunjungan kenegaraan Presiden Barack Obama. Yang ingin kami tanyakan sekarang, berapa Polda yang dilibatkan oleh Mabes Polri untuk mengamankan rencana kunjungan Presiden Obama ke Indonesia ?

(BHD) : Yang dilibatkan secara langsung untuk mengamankan itu ada 4 Polda yaitu Polda Metro Jaya, Polda DI Yogyakarta, Polda Jawa Tengah dan Polda Bali. Bali memang tidak dikunjungi oleh Presiden Obama, tetap saja itu menjadi atensi Polri. Sebab kalau misalnya terjadi sesuatu dan kemudian ada negara lain yang mengeluarkan travel warning maka ini bisa mengganggu kunjungan Presiden Obama. Nah, selain 4 Polda tadi, ada 9 Polda lainnya yang menjadi imbangan yaitu Polda Jawa Barat, Polda Banten, Polda Lampung, Polda Sumatera Utara, Polda Nangroe Aceh Darussalam, Polda yang terletak di daerah konflik Papua, Polda Maluku, Polda Sulawesi Tenggara dan Polda Sulawesi Tengah. Jadi 4 Polda yang benar-benar terlibat secara langsung dalam pengamanan kunjungan Presiden Barack Obama. Sementara Polda-Polda yang tadi saya sebutkan itu menjadi imbangan yaitu menjalankan operasi imbangan sebagai back-up. Jadi kalau kondisi di wilayah-wilayah mereka kondusif, maka akan mewarnai kondisi kamtibmas di wilayah-wilayah yang akan dikunjungi Presiden Obama. Itu makanya ada sejumlah Polda yang diperintahkan untuk menjadi imbangan. Kemudian kalau misalnya ada terjadi sesuatu, Polda-Polda imbangan ini bisa memberikan support.

 

(K) : Apakah Polri mendeteksi ada ancaman sesuatu yang akan terjadi terkait keamanan menjelang kunjungan Presiden Obama ke Indonesia ?

(BHD)  Insya Allah tidak ada ancaman apapun. Operasi Aman Nusa Tujuh ini dilakukan oleh semua Polda yang dilibatkan. Jadi bukan cuma dilakukan Polda Metro Jaya. Tetapi oleh 4 Polda yang dilibatkan secara langsung dan juga oleh semua Polda imbangan tadi. Jadi Operasi Aman Nusa Tujuh ini dilakukan untuk cipta kondisi antara lain untuk mengamankan kejahatan jalanan, premanisme dan kejahatan lainnya.

 

(K) : Apa bedanya pengamanan yang dilakukan TNI dan POLRI untuk kunjungan kenegaraan seperti ini, Pak ?

(BHD) : Selama ini kerjasama TNI – POLRI tidak ada masalah, semua berjalan baik. Tamu-tamu negara yang VVIP, seluruhnya diamankan oleh TNI … yang didalamnya terdapat unsur Paspampres (Pasukan Pengamanan Presiden). Disana ada sandi operasinya yaitu Operasi Waskita Jaya yang melibatkan Polri juga. Jadi misalnya pada saat kedatangan Presiden Obama, yang ada di ring satu adalah TNI dan di ring dua adalah Polri. Tetapi dalam menghadapi moment-moment kunjungan tamu negara VVIP bahwa patut dipertimbangkan akan ada implikasinya semacam penolakan … Polri menggelar operasi yang dilakukan 35 hari sebelum kedatangan Presiden Obama. Itulah yang tadi disebutkan Operasi Aman Nusa Tujuh. Operasi ini akan tetap digelar oleh Polri sampai 7 hari setelah kedatangan Presiden Obama ke Indonesia.

 

https://i0.wp.com/cache.daylife.com/imageserve/00jU2Pn3hh5LO/610x.jpg

Photo : Presiden Barack Hussein Obama

(K) : Tugas pengamanan terhadap rencana kunjungan Presiden Obama ini bukan tugas yang gampang bagi Polri ya Pak ?

(BHD) : Begini, tamu negara kita yang akan datang ini adalah Kepala Negara dari negara adi daya yang punya pamor sangat tinggi di dunia. Kemudian kebetulan juga, Presiden Obama pernah tinggal dan bersekolah di Indonesia. Tentu sangat wajar kalau beliau merasa rindu untuk datang dan melihat secara langsung bagaimana Indonesia saat ini dengan proses demokratisasinya. Polri  berkewajiban mengamankan rencana kunjungan itu dengan sebaik-baiknya.

 

(K) : Oke kalau Polri mengatakan bahwa akan mengamankan kunjungan Presiden Barack Obama sebaik-baiknya. Tapi banyak sekali ya, Polda yang dilibatkan dalam pengamanan itu. Bayangkan, 4 Polda utama dalam pengamanan langsung. Kemudian di lapis keduanya ada 9 Polda yang disiagakan untuk mendukung semua bentuk pengamanan terhadap kunjungan Presiden Obama. Itu memang pengamanan terbaik yang memang harus dilakukan Polri untuk kunjungan Presiden Obama ?

(BHD) :  Tidak semua Polda dikerahkan. Dan istilah yang digunakan jangan siaga. Mereka bukan disiagakan. Tapi ada operasi imbangan karena kita tahu ada daerah-daerah konflik seperti Nangroe Aceh Darussalam, Papua, Maluku, Sulteng, kalau misalnya terjadi sesuatu terkait gangguan keamanan di wilayah ini … kan pencitraannya kan akan mempengaruhi situasi kamtibmas secara nasional. Itu yang diantisipasi agar kunjungan beliau tidak terganggu. Sehingga Polri berkewajiban mengamankan sebaik-baiknya dengan cara mengantisipasi situasi keamanan di berbagai daerah konflik. Itulah gunanya operasi aman nusa tujuh lain.

 

(K) : Untuk menutup wawancara ini, orang banyak yang bertanya-tanya … apakah menjelang kedatangan Presiden Barack Obama ke Indonesia ini ada ancaman teror yang ditujukan kepada Indonesia atau perwakilan-perwakilan Amerika di Indonesia ? Itu … di Aceh, ada penangkapan teroris. Bahkan sampai Kepala Densus 88 Anti Teror (Brigjen Tito Karnavian, red) saat ini berada langsung di lapangan untuk memimpin operasi penangkapan tersebut. Jujur saja, apakah ada ancaman terorisme menjelang kunjungan Presiden Barack Obama ke Indonesia ?

(BHD)  : Jangan … kita jangan berandai-andai seperti itu ya. Yang penting buat POLRI adalah … apapun dan siapapun yang menjadi tamu negara … wajib hukumnya bagi POLRI untuk diberikan pengamanan yang terbaik dari segala bentuk ancaman. Ancaman dalam bentuk apapun juga, itu kan bisa kita prediksi. Kalau ancaman itu berbentuk teror (terorisme, red) atau ancaman keamanan dalam bentuk lainnya, itulah gunanya Polri menggelar operasi Aman Nusa Tujuh. Operasi ini sedang terus dilaksanakan sejak 35 hari menjelang kedatangan beliau (Presiden Obama, red).

(K) Jadi, untuk mengamankan seorang Barack Obama, digelar Operasi Aman Nusa Tujuh plus Operasi Waskita Jaya, benar demikian Pak Kapolri ? Operasi Aman Nusa Tujuh dari pihak Polri sendiri. Sedangkan Operasi Waskita Jaya adalah Operasi gabungan TNI – POLRI. Begitu kan Pak ?

(BHD) : Operasi Waskita Jaya itu khusus pada H min Jam J … didalamnya Polri dilibatkan.

 

(K) : Waduh, istilah apa itu Pak … Hari min Jam J, maksudnya apa Pak Kapolri ?

(BHD) : (Tersenyum) …. itu sandi yang lazim kami gunakan. Artinya, Jam kehadiran beliau ada disitu, namanya Jam J. Jam pelaksanaan kegiatan beliau disini. Jadi, Hari H jam J, itu bahasa operasi kami. Perlu juga sekali-sekali KATAKAMI.COM belajar sandi yang biasa kami gunakan ya. (Tersenyum).

 

(K) : Baiklah Pak Kapolri, terimakasih untuk wawancara eksklusif ini. Selamat bertugas Pak.

(MS)